Selasa, 16 Juli 2013

Kingfisher for Snout Express Train.

Hahaa,, agak sok English lah dikit..Oke, bagi-bagi info lagi yahh.. Temen-temen pada tau gak yang namanya burung Kingfisher? Ini, aku kasi tau deh bionya, biar kenal juga ngerti dulu,,

Nama Indonesianya sih Cekakak Belukar, Kepala, leher dan perut hingga pantat coklat merah. Sayap, mantel dan ekor biru menyala. Penutup sayap bagian atas dan ujung sayap coklat gelap atau kehitaman. Ketika terbang, sisi bawah sayap nampak biru dengan bulatan putih besar di tengahnya. Kerap terlihat bertengger di dahan kering, tonggak, kawat listricikikikikikikikikiii..., atau memanggil sedih dari tenggerannya: ciririririririiii..ew berulang-ulang, nada di ujung menurun.Cekakak Belukar bersarang di lubang pada tebing tanah atau batang pohon. Bertelur sejumlah 4-7 butir, hampir bundar dan berwarna putih.

Oh iya, bay the way about burung Kingfisher ini temen-temen liat gak gambarnya, terutama paruhnya, nah paruhnya itu tuh yang sekarang diadopsi gayanya sama kurang lebih 500 jenis pesawat super cepat yang ada di Jepang lohh.. *kerenbintiajaibkan? Tau gak kenapa bisa paruh burung Kingfisher ini yang dipake? Because, burung ini memiliki paruh yang sangat aerodinamis, dan ketika diadopsi pada moncong kepala bullet train menjadikan kereta ini melaju dengan kecepatan sangat tinggi 574km/jam dan rata rata 275km/jam.  Nah, anatomi dari paruh burung kingfisher yang menginspirasi pesawat super cepat ini mampu mengurangi tingkat gesekan udara seminimal mungkin.


 
Read More >>

Senin, 01 Juli 2013

Pendengaran Lalat Ormia untuk Alat Bantu Pendengaran

Ehh temen2.. Tau gakk?? Para ahli telah melakukan penelitian bahwa lalat Ormia memiliki pendengaran yang baik. Kebanyakan emang sih, lalat punya pendengaran yang kurang, tetapi lalat ormia memiliki kelebihan untuk mendengar salah satunya adalah kebiasaan mendengar nyanyian jangkrik dan kemudian menuju ke jangkrik untuk meletakkan telur telur lalat.
Belatung lalat nantinya akan menjadikan jangkrik sebagai sumber makanan dan mereka memakannya dari dalam tubuh jangkrik.
Dengan kemampuan yang dimiliki lalat ormia, para ahli melakukan penelitian lebih lanjut untuk menciptakan sebuah alat bantu pendengaran yang lebih kecil lagi terinspirasi dari anatomi telinga lalat ormia yang sangat kecil.
Read More >>

Sayap Kupu-Kupu, Pengilham Interferometric Modulator.

Siapa sih yang gak kenal kupu-kupu? Hewan yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Butterfly ini, ternyata selain warna-warni sayapnya yang cantik, juga telah menjadi bahan penelitian dari para fisikawan lohh!! Mau tau kenapa? Okey, biar pada kagak kepo, aku kasi tau dehh.. 
Gini, temen-temen yang baca pernah merhatiin gak warna sayap kupu-kupu? Asal tau aje nih yee, kupu-kupu tu padahal gak punya yang namanya pigmen warna! Setelah diketahui, ternyata sayap kupu-kupu tuh punya material yang bisa merefleksikan cahaya yang datang pada dirinya. Terus diinterferensiin deh jadi warna-warni yang cantik. Nah, karena itu para fisikawan ingin meneliti. Sama halnya dengan sayap kupu-kupu nih temen-temen, begitu juga yang akan ditunjukkan oleh sebuah perangkat yang namanya Mirasol Display. Perangkat buatan Qualcomm. Nah, karena sayap kupu-kupu menghasilkan warna dari cahaya lingkungan untuk membuat interferensi, sehingga terciptalah warna-warna tertentu.  Lalu Mirasol display meniru prinsip sayap kupu-kupu ini untuk menghasilkan suatu layar dengan tampilan yang memukau dan berwarna-warni.

Sudah jelas kan? Sekarang beralih dulu ke teknologi yang namanya Interferometric Modulator (IMOD).  IMOD itu, suatu teknologi yang bisa membuat variasi warna pada suatu tampilan (display) dari interferensi atau cahaya yang direfleksikan. IMOD akan menghasilkan suatu tampilan yang akan terlihat jelas walaupun di bawah cahaya matahari. Alat ini, mempunyai elemen yang sangat kecil, diantaranya MEMS (micro-electro-mechanical system) berukuran 10-100 mikrometer. MEMS ini sendiri tersusun oleh dua lempengan konduktif. Pertama, thin film stack on a glass substrate, yang kedua adalah reflective membrane di bawahnya. Komponen ini kemudian dikenal sebagai subpixel.
Mau tau cara kerjanya kan? Nih, subpixel mempunyai dua state, yaitu open state dan closed/collapsed state. Jika tegangan/ beda potensial bias mengenai reflective membrane pada open state, maka cahaya datang akan dipantulkan, sehingga menghasilkan warna tertentu atau dengan kata lain merefleksikan panjang gelombang tertentu. Sebaliknya, pada collapsed state, jika tegangan mengenai reflective membrane, semua cahaya akan diserap dan tidak ada yang dipantulkan kembali, sehingga subpixel berwarna hitam. Umumnya nih, pixel terdiri dari tiga warna subpixel, yaitu merah, hijau, dan biru. Masing-masing warna terdiri dari empat belas subpixel yang terbagi menjadi dua kolom. Setiap subpixel dengan warna tersebut mempunyai jarak yang berbeda antarlempeng konduktifnya. Untuk menghasilkan warna-warna yang berbeda, setiap subpixel akan mengalami open state dan collapsed state secara bergantian, tergantung dari warna yang akan ditampilkan.
Udah kan, ehh, pada tau gak? Si Interferometric Modulator ini juga punya kelebihan dibanding tekonoli sebelumnya. Mau bukti? Ini dia...
1.Hemat energi. Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya, yaitu LCD(Liquid Crystal Display) dan Organic Light Emitting Diode (OLED),produk baru ini lebih hemat energi temen.
2. Dapat terlihat jelas dibawah sinar matahari. IMOD display bisa terlihat dengan jelas pada kondisi cahaya apapun, termasuk ketika di bawah sinar matahari. Bahkan semakin cerah terlihat dengan cahaya lingkungan yang cerah pula.
3. Menghasilkan gambar yang berkualitas tinggi.Tampilannya berwarna jelas dengan gambar beresolusi tinggi. Sangat baik untuk aplikasi multimedia.
4.Daya tahan tinggi. Tahan terhadap sinar UV dan suhu ekstrim.
5.Integrasi mudah. standard mobile system.
Oke temen, sekian dulu yaa..
Read More >>

Kamis, 27 Juni 2013

Kecoa, Serangga Inspirasi Robot

 OREGON - Sebagian besar orang mungkin berpikir bahwa kecoa adalah serangga paling menjijikkan di dunia. Namun tahukah Anda? Para ilmuwan sangat kagum pada serangga yang satu ini. Mereka setuju bahwa kecoa memiliki kaki hasil evolusi yang unik. Enam kaki yang dimiliki kecoa membuat mereka dapat bergerak secara mengagumkan dan berlari cepat Inilah sebabnya mengapa para ilmuwan di Oregon State University (OSU) menggunakan kecoa sebagai sumber inspirasi bagi robot pertama di dunia yang bisa berlari cepat. Robot ini bahkan disebut-sebut dapat berlari dengan mudah melewati rintangan, sama seperti cara berlari kecoa.
Seperti dikutip dari Science Daily, Kamis (31/12/2009), llmuwan tak hanya ingin meniru kemampuan berlarinya saja, perilaku kecoa yang tanpa berpikir, namun dengan semangat berlari kian kemari pun menjadi inspirasi para ahli untuk menanamkan kemampuan yang sama pada robot mereka. "Penemuan terbaru menggarisbawahi bagaimana hewan menggunakan kaki untuk mengatur penyimpanan dan pengeluaran energi, dan mengapa hal ini begitu penting untuk stabilitas berlari," kata asisten profesor John Schmitt dari School of Mechanical Industrial and Manufacturing Engineering di OSU."Kecoa tidak perlu berpikir saat mereka berlari, sebagai gantinya mereka lebih sering menggunakan tindakan otot yang tidak memerlukan kontrol reflek," tambahnya. Schmitt menjelaskan bahwa kemampuan ini merupakan bagian yang tengah diupayakan para ilmuwan agar bisa ada pada sebuah robot. Dengan kemampuan ini, robot bisa bergerak lebih cepat tanpa mengeluarkan energi yang besar dan memperhitungkan kekuatan yang mereka butuhkan."Jika kita bisa mengembangkan sebuah robot yang berlari dengan cepat, robot tersebut tidak akan memerlukan terlalu banyak kemampuan komputasi dan energi untuk bisa berlari," tandas Schmidtt.
Read More >>

Unik, Pembangkit Energi yang Diinspirasi dari Gerakan Ekor Hiu!

Perusahaan  BioPower System mengembangkan beberapa konsep teknologi yang diinspirasi dari mahluk hidup khususnya di lautan. BioPower System adalah perusahaan teknologi energi terbarukan berbasis di Sydney Australia. Saat ini BioPower telah berhasil mengembangkan teknologi pembangkit energi arus laut Bio Steram yang diinspirasi oleh gerakan ikan hiu dan Biowave yang terinspirasi dari tanaman laut.


Teknologi Bio Steram didesain untuk mengkonversi energi pasang surut dan arus laut menjadi listrik. Terinspirasi dari gerakan ikan hiu, Bio Steram meniru gerakan tubuh bagian belakang ikan hiu. Sirip yang mirip ekor ikan hiu terpasang dibagian belakang dan akan bergerak melenggak-lenggok mengikuti gerakan air laut. Gerakan lenggak-lenggok inilah yang dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan generator O-DRIVE.


Sistem Bio Steram bergerak secara otomatis dan memiliki hanya dua bagian sederhana sehingga mudah dalam instalasi. Sedikitnya bagian yang bergerak pada sistem Bio Steram juga memungkinkan minimnya perawatan yang diperlukan. Dari sisi lingkungan, gerakan yang lambat dan natural dari Bio Steram menghasilkan gangguan ekosistem dasar laut yang minimal dan tidak menghasilkan polusi.Bio Steram secara otomatis mengikuti arah aliran air. 

Di alam bebas, sudah terbukti teknologi ini dapat bertahan dalam semua kondisi, termasuk mampu bertahan dalam badai sekalipun.Perusahaan BioPower berencana mengembangkan proyek ini di lepas pantai Flinders Island negara bagian Tasmania. Di negara bagian yang sama juga akan diinstal sistem Biowave, tepatnya di lepas pantai barat King Island.  Unit ini akan menggantikan sistem pembangkit diesel yang selama ini dipakai di kedua pulau tersebut.

Read More >>

Rabu, 26 Juni 2013

Tupai Terbang Menginspirasi Pembuatan Baju Terbang.

Sebagai hewan yang dapat "terbang", tupai terbang tampaknya terdengar biasa-biasa saja. Tetapi binatang ini sebenarnya memiliki penampilan dan kemampuan yang cukup aneh. Mereka dapat mengembangkan "sayap" dari kulit tubuh mereka dan menggunakannya sebagai alat untuk menahan udara ketika meluncur di antara pepohonan. Sebuah membran kulit yang menghubungkan dari siku ke lutut memungkinkan makhluk kecil ini meluncur dari pohon ke pohon. Setelah mendarat, ekor digunakan untuk menyeimbangkan diri untuk memastikan tupai terbang tidak jatuh ke tanah. Juga dikenal sebagai tikus terbang, tupai terbang adalah mamalia terkecil di dunia yang bisa "terbang". Selain itu, tupai terbang adalah pemegang rekor dunia untuk binatang "terbang" yang seharusnya tidak dapat terbang karena dapat meluncur sejauh 288 meter dalam sekali lompatan.
Read More >>

Dari Mata Udang Mantis, Teknologi 3D Tercipta

Temen –temen pembaca yang suka nonton film pasti tau kan 3D? Atau perangkat elektonik canggih yang menggunakan teknologi 3D. Tapi pada tau arti kata 3D nggak? Kalo nggak yuuk mari saya jelasin disini. 3D itu kan nama lainnya Tiga Dimensi, dari sini udah keliatan jelas define dari 3D itu adalah sebuah benda yang memiliki panjang, lebar dan tinggi. Beda halnya dengan benda 2D yang hanya memiliki panjang dan lebar saja.
Soal mata udang mantis pasti masih penasaran, ternyata eh ternyata, si Udang Mantis ini selain tubuhnya yang keren, dia ada andalan lagi lho. Yup sesuai dengan topik bahasan, mata udang mantis ini  dapat menangkap cahaya yang terpolarisasi. Jika manusia hanya dapat menangkap 3 warna primer (merah, kuning dan hijau), si udang mantis ini bisa menangkap warna kombinasi primer dari 11 hingga 12. Selain itu, udang mantis juga memiliki kemampuan melihat langsung warna cahaya berbeda-beda dari polarisasi cahaya.
Kemampuan hebat dari mata hewan yang memiliki nama latin Odontodactylus scyllarus ini lalu menginspirasi seorang Profesor Elektro-Optikal dari National Taipei University of Technology, di Taipei bernama Jen Yi-jun untuk mengembangkan material baru dengan struktur mirip lensa mata udang mantis yang disebut waveplate. Material tersebut bisa digunakan untuk mem-filter cahaya dengan spektrum yang lebih luas dari piranti optik pada DVD player yang ada saat ini, uja Jen. Wah, para penggemar film wajib hukumnya nih tau. Nah, kedepannya teknologi ini akan terus dikembangkan, agar para pengguna teknologi 3D ini dapat memiliki pengalaman visual yang lebih baik.  
Read More >>